sejarah masjid jami banjarmasin



SEJARAH UMUM MASJID JAMI SUNGAI JINGAH, KELURAHAN SURGI MUFTI, KOTA BANJARMASIN, TAHUN 2000-2014

    A. Sejarah Berdirinya Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin
Kehidupan masyarakat nusaantara sejak runtuhnya suzerinitas kerajaan-kerajaan Hindu-Budha akhir abad ke-15 mengalami perubahan dalam berbagai aspek. Aspek perubahan terpenting adalaah terbukanya ruang perkembangan Islam, yang sejak abad ke-7 telah mulai masuk ke kawasan nusantara. Secara formal Islam telah membentuk lembaga politiknya di Samudra Pasai pada abad ke-7 Hijriah (13M) dengan rajanya Malik As-Saleh, yang wafat pada bulan Ramadhan 698 Hijriah (1297).[1]

Demikian pula dengan kawasan Banjarmasin abad ke-15, dengan titik sentral aktivitas ekonominya berada di Muara Bahan sebagai bandar niaga Kerajaan Negara Daha tentu telah mendapatkan pengaruh agama Islam, setidaknya-tidaknya dari pedagang muslim yang berniaga kebandar tersebut.
Kesultanan Banjarmasin berdiri berkat kerja sama dengan kesultanan demak. Demak pada awal abad ke-16 telah membentuk kesatuan ulama juru dakwah yang disebut “Wali Sanga”. Kesultanan Demak berjasa terhadap kesultananan Banjarmasin bukan semata-mata dari aspek bantuan militer, namun juga dari aspek pelembagaan Islam.
Dalam konteks pemahaman Islamisasi Banjarmasin, diperlukan kajian historis dengan menggunakan teori-teori saluran Islamisasi yang membahasa tentang saluran perdangangan, perkawinan, birokrasi pemerintahan, tasawuf dan tarekat, pendidikan serta kesenian. Saluran-saluran Islamisasi ini menempatkan sifat alamiah manusia yang sadar dalam menerima perubahan dari keyakinan primordialnya.
Teori saluran perdagangan merupakan teori yang menempatkan arus perdagangan nusantara dengan pedangan-pedangan muslim kawasan Persia, arab, dan Gujarat, termasuk cina selanjutnya, D.GE. Hall menjelaskan tentang peranan kambay sebagai jalur perdagangan ke Sumatra sebagai berikut : pada abad ketiga belas kambay telah mempunyai sejarah lama sebagai pusat perdagangan. Pedagang-pedangan arab dan persia menetap disana sejak abad yang ke-9. Perhubungan perdagangannya dengan Indonesia sudah lama juga wujud. PengIslamannya kebanyakan menambahkan lagi dorongan untuk menyebarkan agama Islam melalui perdagangan saja yang bukti-buktinya menunjukkan adanya Islam melalui pelabuhan utara sumatera itu berasal dari pada kambay.[2]
Pada mulanya kepercayaan orang Banjarmasin adalah kepercayaan dinamisme dan animisme kemudian menganut agama hindu hingga akhirnya berkembanglah agama Islam di Banjarmasin, perkembangan agama Islam di Banjarmasin sangat terasa sampai sekarang.

  
Awal masuknya pengaruh agama Islam  di Banjarmasin pada abad ke XV  melalui jalur perdagangan. Pengaruh Islam ini dibawa oleh pedagang- pedagang muslim seperti Raden Paku. Pemeluk agama Islam pertama diperkirakan adalah golongan pedagang dan masyarakat yang tinggal di bandar-bandar pelabuhan yaitu orang-orang Melayu dan orang-orang ngaju.[3]
Agama Islam resmi sebagai agama Kerajaan Banjarmasin pada abad ke XVI, yaitu pada tanggal 24 September 1526 melalui Kerajaan Demak. Penerimaan agama ini terjadi pada masa pemerintahan Pangeran Samudera yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah dan Islam kemudian berkembang dengan pesat dibawah pemerintahan Sultan Suriansyah, perkembangan ini meliputi struktur organisasi pemerintahan, sosial budaya dan penyebaran pengaruh agama Islam ke wilayah kekuasaan Kerajaan Banjarmasin. Perkembangannya yang sama juga terjadi pada masa Sultan Tahmidullah II dengan berdirinya tempat pendidikan pengajian pertama.
Abad ke-16 ditandai dengan pembentukan komunitas muslim dan berbagai bangunan Masjid yang dimotori oleh malik Ibrahim atau khatib dayan. Tipe-tipe Masjid selalu menyerupai tipe Masjid demak yang istilah urang banjar sebagai “Atap Tumpang Talu”, memberikan adanya pengaruh demak dan keterlibatan khatib dayyan pada setiap bangunannya. Masjid yang dibangun ulama tasawuf sunni sangat penting dalam menjelaskan Islamisasi periode abad ke 16-17 M, sebelum kedatangan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dari Mekkah.
Perkembangan Islam dapat kita lihat dengan adanya tempat beribadah yang hinga kini berdiri kokoh. Banyak Masjid yang diagungkan di Indonesia tetap mempertahankan bentuk asalnya yang menyerupai (misalnya) candi Hindu/Buddha bahkan pagoda Asia Timur, atau juga menggunakan konstruksi dan ornamentasi bangunan khas daerah tempat Masjid berada. Pada perkembangan selanjutnya arsitektur Masjid lebih banyak mengadopsi bentuk dari Timur Tengah, seperti atap kubah bawang dan ornamen, yang diperkenalkan Pemerintah Hindia Belanda.
Sejak awal abad ke-18, tahun 1710 Banjarmasin yang berpusat ditatas semakin tumbuh menjadi kota perdagangan. Para pedagang muslim dari arab membangun perkampungan di sepanjang jalur sungai kuin yang sekarang letaknya di sekitar antasan kecil dan membangun kampung arab. Terbentuknya kampung ini mengkristal hingga awal abad ke-20.
Intensifnya kedatangan mubalig dari hadrat maut sekita abad ke-17 hingga abad ke-19. Mereka menyebar ke seluruh kawasan banua di Banjarmasin. Dalam pembangunan Masjid Jami Sungai Jingah ini tidak lepas dari para sufi aliran sunni dan tarekat sammaniyah, keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari melakukan Islamisasi ke berbagai penjuru kalimantan.
Sebagian mereka membangun Masjid, seperti H. Ahmad Balimau yang memelopori pendiri Masjid Baliamau, H. Sa’dudin, Datu Taniran, membangun Masjid Taniran-Kandangan, H. Muhammad Arsayad Lamak ikut membangun Masjid di Pagatan, Syekh Muhamaad Affif, berperan dalam membangun Masjid Martapura, Syekh Jamaluddin Surgi Mufti ikut aktif membangun Masjid Jami Surgi Mufti-Sungai Jingah, Syekh Muhammad Abbas dan Syekh Muhammad Sa’id, mendirikan Masjid Su’ada Wasah Hilir Kandangan.
Salah satu saksi sejarah perkembangan Islam di Banjarmasin adalah Masjid  Jami Banjarmasin yang terkenal dengan nama Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin yang sekarang terletak Di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara. Masjid Jami Sungai Jingah yang terletak di Kelurahan Surgi Mufti adalah Masjid tertua kedua di Banjarmasin setelah Masjid Sultan Suriansyah yang ada di Kelurahan Kuin Utara.
Masjid Jami Sungai Jingah ini awalnya mulanya tidak berlokasi ditempat yang sekarang ini. Lokasi awalnya ada di daerah dekat lokasi yang sekarang dan namanya dulu Masjid tapi untuk sekarang namanya mushala atau langgar sinar Masjid, letaknya pun sekitar 200 meter jaraknya dari tempat asalnya. Dulu, posisinya di pinggir Sungai Martapura yang luas dan dalam.
                     Gambar 2.1. Langgar Sinar Masjid Yang Dulu Sebelum   Dibangun Menjadi   Masjid Jami

               Sumber: Pengurus Masjid Jami Sungai Jingah, tahun 1880.
Seiring berjalan waktu dari ke waktu Masjid Jami yang dulu letaknya di pinggiran sungai martapura di pindah akibat adanya pelongsoran  tanah di sekitar Masjid itu, pelongsoran  tanah ini mungkin terjadi karena di sebabkan pengikisan air sungai atau erosi air sungai martapura yang merupakan anak sungai barito dan tanah di Masjid Jami sebelumnya adalah tanah rawa yang becek dan di genangi air sehingga membuat bangunan yang di dirikan mudah longsor akibat faktor aspek geografis, akibat perubahan geografis maka di bangunlah Masjid Jami Sungai Jingah yang berada di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara di Kota Banjarmasin.
                              Gambar 2.2. Masjid Jami Tempoe Dulu

     Sumber : Koleksi Pengurus Mesjid Jami Sungai Jingah, tahun 1920

Masjid Jami Sungai Jingah yang ada di Kelurahan Surgi Mufti sekarang ini di bangun pada masa pemerintahan sultan dari Kerajaan Banjar, yaitu Sultan Tamjidillah. Satu-satunya keterangan waktu pembangunan Masjid ini ada di prasasti berbahan kuningan bertulisan Arab Melayu yang ada di badan sebelah kiri mimbar Masjid ini. Menurut Bapa Murhani :
"Tarikh didirikan Masjid asal hari Sabtu, 17 Syawal tahun 1195 Hijriyah Sultan Tamjidillah dan di cabut 11 Rajab tahun 1353 umurnya 157 tahun 8 bulan 24 hari tarikh. Di dirikan Masjid Jami yang baru hari Ahad 16 Dzulhijjah 1352 H Mufti Haji Ahmad Kusasi, "demikian isi terjemahan dari prasasti tersebut” [4]

         Gambar 2.3. Prasasti Berbahan Kuningan Bertulisan Arab Melayu
 
                      Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 1888 M

“Gambar diatas menjelaskan prasasti yang menerangkan didirikannya Masjid Jami Sungai Jingah dan salah satu peninggalan berharga yang dapat kita lihat disamping mimbar Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin”.
Masjid jami yang lama dibangun pada 1777 Masehi atau di bangun pada Sabtu 17 Syawal 1195 H. Sementara Masjid Jami yang baru diperkirakan di bangun pada 1934 masehi atau 1352 Hijriyah sesuai yang tertulis di atas atap atau sirap yang ada di Masjid Jami yang baru di Kelurahan Surgi Mufti, jika ditarik mundur dari 2015 berarti Masjid ini sudah berusia 81 tahun untuk pembangunan Masjid yang baru. Menurut bapa masdani muslih “Kalau yang lama hingga sekarang masih ada, tetapi jadi langgar atau mushala saja. Namanya yang sekarang adalah Langgar Sinar Masjid yang berada di taluk masigit di pinggiran sungai martapura, , tepatnya di Jalan Panglima Batur. " ( Pengurus Masjid Jami, Masdani Muslih).[5]
 Selain itu lahan atau lokasi Masjid Jami yang dahulu terletak dipinggiran sungai martapura di nilai terlalu  sangat sempit padahal masyarakat Banjarmasin pada saat itu memerlukan tempat beribadah yang lumayan besar berhubungan dengan berkembang pesatnya penyebaran agama Islam. Pada proses masa pembanguan Masjid Jami Sungai Jingah yang baru ini tanah yang digunakan ini adalah hasil swadaya rakyat banjar kala itu dengan cara mewakafkan uang ke tempat kas Masjid atau wadah wakaf  yang di Masjid Jami yang dulu.
Menurut Bapa Masdani Muslih :
 “Luasnya untuk Masjid jami yang baru ini tanahnya dua hektar untuk membangun Masjid ini dan juga seluruh warga Banjarmasin dan para ulama ikut berpatisipasi dan bergotong royong mengangkut pasir dari Pulau Kembang kemari untuk pembangunan Masjid Jami yang baru," (Menurut Bapa Masdani Muslih).[6]


Gambar 2.4. Langgar Yang Dahulu Masjid Dan Sekarang Namanya Langgar   Sinar Masjid
                     Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 2014

Karena pembangunan Masjid Jami Sungai Jingah yang baru ini  pada masa kolonial Belanda, dan pada masa itu juga rakyat banjar bahari tidak mau menerima sumbangan dari pihak Belanda karena haram, maka dari itulah warga banjar bergontong royong dan saling membahu membangun Masjid ini dengan usaha sendiri dan modal sendiri.
 Karena mufti pada masa Belanda dipegang oleh Syekh Jamaluddin Surgi Mufti, yang bersifat ukhuwah Islamiyah yang saling membantu tanpa campur anduk kolonial Belanda.



Gambar 2.5. Surat Pada Zaman Belanda
                        Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 1920


Pada masa itu, setelah pindahnya Masjid Jami yang lama dipingiran sungai barito itu, warga Banjarmasin bersitegang dalam penetapan lokasi Masjid yang baru. Tetapi tidak menemukan titip temu dalam penetapan tempat yang baru untuk pembagunan Masjid Jami Sungai Jingah yang baru.
“Menurut Bapa Murhani ujarnya dari pada berkelahi dan saling adu pendapat, diputuskanlah secara mufakat untuk melarutkan beduk Masjid yang lama ini di Sungai Martapura selama tiga hari. Setelah tiga hari, dilihat beduknya berhenti dimana. Kemudian disepakati oleh warga sekitar, dimana titik berhentinya beduk ini maka disitulah Masjid baru akan dibangun. Ternyata, setelah tiga hari, beduk ini berhenti di lokasi Masjid yang sekarang ada ini.”[7]

Gambar 2.6. Kubah Masjid Jami yang Sekarang dan Beduk Masjid
        Sumber : Koleksi Pribadi,  tahun 2014.

Hingga sekarang, Masjid Jami Sungai Jingah yang terletak di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara ini selalu ramai dikunjungi jamaah, baik sekadar beribadah salat, mengaji Alquran atau bahkan pengajian akbar.
Menurut Bapa Amin :
“Masjid bercat hijau ini hingga sekarang sudah pernah dua kali mengalami renovasi”[8]
Pertama, di masa pemerintahan Gubernur Gusti Hasan Aman. Ada dua kali perehaban mimbar. Mimbarnya itu masih asli dari Masjid yang lama, bahannya dari kayu ulin. Perbaikan kedua di masa pemerintahan Gubernur H Rudy Ariffin yang sekarang masih menjabat.  Menurut bapa Amin :
“Bangunan yang diperbaiki hanya fasilitas umumnya seperti toilet, tempat wudhu, pagar, menara, air mancur, dan sebagainya sedangkan keaslian banguan yang utama tetap seperti masa dulu.”[9]
Ciri khas Banjar pada ornamen Masjid masih dipertahankan hingga kini. Misalnya, atap Masjid bertingkat tiga yang melambangkan Islam, Iman dan Ihsan. Ada juga 17 tiang ulin sebagai tiang penyangga yang melambangkan 17 rakaat salat dalam sehari-semalam. Dari 17 tiang ini  ada yang ini yaitu satu sokoguru utama dari kayu ulin atau kayu besi, kayu khas Kalimantan yang tingginya mencapai 35 meter tanpa sambungan, menancap dari lantai dasar hingga pucuk kubah. Ciri khas menonjol antar sambungan balok menggunakan pasak kayu, bukan paku besi.
    Gambar 2.7. Soko Guru Masjid yang Berusia Ratusan Tahun
Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 2014
Meskipun telah berusia ratusan tahun, sentuhan kolonial ini, sampai saat ini tetap kokoh berdiri dengan ornamen-ornamen ukiran kuno khas Kesultanan Banjar dan beberapa tambahan hiasan ornamen akulturasi beberapa budaya yang masuk dalam skema budaya Banjar secara natural saat dilakukan pemugaran.
Pada zaman dahulu, “di Masjid itu ada tangga berputar, tangga itu dipakai muazin untuk mengumandangkan azan, karena tak ada penegeras suara dan listrik. Tangga itu berputar ke sekeliling bangunan Masjid, agar masyarakat mendengar suara azan. Sekarang tangga itu tidak ada lagi. Penyebabnya, selain memakan tempat juga sudah ada listrik dan menara”, (Menurut Bapa Ahmadi).[10]
                Gambar 2.8. Menara yang Dulunya Ada Tangga Berputar
                       Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 2000

Dan yang dulunya disebut tangga berputar untuk mengumandangkan azan sekarang menjadi sebuah menara di halaman muka Masjid sendiri, dan itu pun yang dulunya menara sekarang direnovasi lebih tinggi untuk menjadi tanda bahwa Masjid Jami Sungai Jingah tetap berdiri dengan kokoh.
khusus untuk desain konstruksi atap yang tutupannya terbuat dari material sirap (atap dari kayu ulin), Masjid yang mampu menampung hingga 5.000 jamaah ini mempunyai keunikan tersendiri, yaitu konstruksi atap berundak dengan total 4 (empat) undakan seperti layaknya atap Masjid-Masjid tua di Pulau Jawa tempo dulu. Teras pendopo depan dengan pintu-pintu berdaun besar berukir indah selain itu juga mempunyai Keunikan lainnya, Masjid ini juga mempunyai pendopo, layaknya rumah-rumah priyayi atau bangsawan Jawa yang tersebar di 3 (tiga) jalur pintu masuk utama yang bisa mengakses 38 pintu masuk Masjid dari sebelah kiri, kanan, dan depan Masjid. Luas Masjid bagian dalam adalah 40 x 40 m atau 1600 m2, sedangkan total luas area Masjid jika dihitung dengan mihrab dan plaza atau halaman di seputar Masjid totalnya mencapai ± 2 Hektar.
Gambar 2.9. Tampak pendopo pintu depan utama yang berangka tahun 1352 H/1934 M
    Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 1934 H


Gambar 2.10. Atap Sirap Masjid Jami Berbahan Bangunan yang Dulu
    Sumber : Koleksi pribadi, tahun 2008


 Dari penjelasan Arsitekturnya Masjid Jami Sungai Jingah, sarat pula dengan nuansa Banjar seperti ukiran-ukiran khas Banjar di mimbar, dinding pintu Masjidnya, dan di pilar-pilarnya, dan juga salah satu cara untuk dapat mengenal sejarah adalah dengan melihat bangunan tua yang tertinggal di sebuah kota Banjarmasin sebagai kota tua memiliki banyak bagunan tua, di antaranya adalah tempat ibadah bahwa menunjukkan perkembangan Islam di Banjarmasin sungguh kuat dalam penyiarannya oleh para pedagang maupun ulama banjar dan jawa.
Menurut Bapa Mansyah :
“selaku pengelola Masjid Jami Sungai Jingah, sebagai salah satu Masjid tertua di Banjarmasin bahkan Kalimantan Selatan, Masjid Jami Sungai Jingah merupakan salah satu landmark kebanggaan masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan dan sebagai salah satu penanda peradaban Islam di Banjarmasin, Masjid Jami Sungai Jingah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata, tapi telah menjadi pusat sekaligus sumber inspirasi ghirah keIslaman masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Bersama-sama dengan Masjid Sabilal Muhtadin dan beberapa Masjid besar lain di Kota Banjarmasin, Masjid Jami Sungai Jingah merupakan pusat dakwah Islam yang punya peran besar dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam, tidak hanya di Kota Banjarmasin, tapi juga seluruh Pulau Kalimantan”.[11]

Keunikkan lainnya menurut Bapa Rijeni Asra :
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang berkunjung pada 2008 pun kagum melihat arsitektur Masjid yang telah berusia 78 tahun itu. Bangunannya yang terbuat dari kayu membuat jamaahnya merasa adem. Setiap orang berada di dalam  dan beribadah di Masjid itu, dapat dipastikan tak ingin beranjak. 35 pintu yang mengelilingi bangunan Masjid selain tiga pintu utama, membuat sirkulasi udara terjaga dengan baik. Lantai marmer dan minimnya kaca seperti yang ada di Masjid modern, menolak efek panas di siang hari”.[12]

Selain mayoritas masyarakatnya beragama Islam dan di pandang orang banyak agamis dan Kalimantan Selatan dikenal memiliki tempat ibadah bersejarah dan artistik. Salah satu di antaranya yang dapat kita lihat sekarang adalah Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin. Bangunan Masjid Jami itu sangat memperlihatkan betapa tingginya seni dalam Islam masyarakat banjar dan budaya masyarakat Banjar.
Kedatangan Islam di Indonesia mendatangkan kecerdasan dan kebudayaan bangsa kita adalah jelas tampak dalam karakter dan sejasrah bangsa kita pada umumnya hingga mencapai kemerdekaan. Agama Islam mengangkat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berbudaya dan bentuk kebudayaan lahir dan bathin.[13] Kebudayaan lahir tampak pada benda-bendaa budaya Islam seperti bangunan Masjid-Masjid serta ukiran berupa hias pada mimbar, kaligrafi yang sangat disenangi kaum muslimin, serta busana yang dikenal sebagai busana muslim adalah juga kebudayaan lahir.
Kebudayaan bathin yang lahir sebagai akibat masuk agama Islam antara lain berupa adat istiadat, budi pekerti yang terbentuk dari ajaran Islam yang membentuk kepribadian bangsa dan juga perkembangan pembangunan Masjid pada zaman dahulu suatu kebudayaan Islam yang efektif dan peninggalannya pun dapat dilihat hingga sekarang.

B. Susunan Organisasi Pengurus Masjid
Berikut ini adalah susunan pengurus Masjid Jami Sungai Jingah Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin utara, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Struktur Organisasi Pengurus Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin
Periode 2012-2014
Tabel 2.1



KETUA 3
B. KEAMANAN
H Suwanto
ANGGOTA
Ahmad Rifani
Zainuddin

KETUA 2
BID. PEMELIHARAAN
H Murhani
ANGGOTA
Ir Mansyah
Masdani
Ahmad
KETUA 1
BID. Takrim & Ibadah
H. M. Rijeni Aspa
ANGGOTA
Abdul wahid
M Mubarak
BENDAHARA
Masrani Djuhri
WAKIL BENDAHARA
Drs H. M Saleh
SEKRETARIS UMUM
Drs H Radiansyah
Sekretaris 1
H Husna Arsyad
Sekretaris 2
Hafiez Sofyan
KETUA 4
B SOS & EKONOMI
Drs H Heriansyah
Koordinator Alkah
Drs H Radiansyah
Kordinator Ambulance
Drs H M Saleh
Ketua 5
BID PEMERDAYAAN PEREMPUAN
Dra Hj UNaizah Hanafie
ANGGOTA
Hj Lili Rahmini, S. Ag
KETUA UMUM
KH Husin Naparin, Lc. MA
DEWAN PEMBINA
Drs H Zulfadli Gazali, M. Si
KH. M. Djunaide As Khalid
H Baihaki
 











































Sumber : Kantor Sekertariat Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin, 2016.
Selain struktur organisasi Masjid Jami akan ditampilkan tata tertib  Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin dengan harapan setiap jama’ah lebih memahami etika memasuki sebuah Masjid, tempat di mana setiap insan muslim melakukan ritual ibadah seraya mengharapkan Ridha Allah SWT. Kesucian dan ketertiban di lingkungan Masjid menjadi tanggung jawab setiap muslim dan bukan hanya tanggung jawab pengurus Masjid, dibawah ini tata tertib Masjid Jami Sungai Jingah :
a)      Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam areal Masjid. Jama’ah yang akan makan dan minum, dipersilahkan mengambil tempat yang tidak mengganggu ibadah.
b)      Dilarang membuang sampah sembarangan disekitar Masjid sudah tersedia tempat pembuangan sampah.
c)      Sepatu dan sandal diletakkan di tempat penitipan yang telah ditentukan, yang terletak di kanan dan di kiri ketika kita memasuki Masjid. Tidak diperkenankan membawa sepatu dan sandal ke dalam Masjid.
d)     Setiap muslim yang memasuki Masjid, harus dalam keadaan aurat tertutup.
e)      Toilet umum kaum ibu, tersedia di samping gedung serba guna, tersedia juga di sebelah selatan Masjid.
f)       Dilarang merokok di areal Masjid.
g)      Jam buka Masjid Jami Sungai Jingah Buka setiap harinya pukul 04.00-06.00 WIB. Dan pukul 10.00-20.00 WIB.

Selain tata tertib Masjid Jami Sungai Jingah mempunya visi, misi dan tujuan seperti dibawah ini :
Selain itu visi dari Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin adalah Masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam dalam bentuk ibadah, dakwah dan pendidikan dan membangun akhlakul karimah dikalimantan khususnya Banjarmasin.
Berdasarkan visi di atas, Masjid Jami Sungai Jingah melaksanakan kegiatan dakwah dengan tujuan syiar agama Islam, yang mencakup seluruh umat Islam pada masyarakat Indonesi dan Kalimantan selatan pada khususnya berikut dibawah ini adalah MISI dari Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin :
1.    Melaksanakan shalat fardhu berjamaah beserta sunat rawatibya
2.    Menggalakan pelaksanaan ibadah sunat
3.    Menggalakkan pembacaan Al Quran
4.    Melaksanakan kegiatan dakwah dan pembinaan jamaah beserta masyarakat melalui pengajian rutin dan kuliah subuh ramadhan
5.    Melaksanakan pembelajaran Al Quran bagi anak dan orang dewasa
6.    Membantu jamaah dan umat Islam melalui pengelolaan zakat dan pelaksanaan ibadah kurban
7.    Melaksanakan kegiatan pendidikan melalui TK Islam, perguruan tinggi STAI Al Jami dan pondok pesantren hunafa
8.    Mengelola dan mengembakan perpustakaan Masjid
9.    Melakukan kegiatan pengamanan terhadap aset masyarakat
Dalam pengembangan kegiatan keagamaan Islam Masjid Jami Sungai Jingah mempunyai tujuan seperti dibawah ini :
1.    Dengan adanya Masjid Jami Sungai Jingah, umat Islam di Banjarmasin, menjadi lebih bangga akan aqidah agamanya.
2.    Membuktikan akan kebesaran Allah SWT. sebagai Sang Pencipta.
3.    Lebih memperkuat, ukhuwah Islamiah di antara sesama muslim.
Seluruh tujuan diatas merupakan harapan dari pengurus masjid jami sungai jingah Banjarmasin, terhadap seluruh umat Islam yang sudah berkunjung ke Masjid Jami Sungai Jingah.

C. Program Kegiatan
Program kegiatan Masjid merupakan penjabaran secara teknis dalam upaya merealisir peran dan fungsi Masjid sekaligus sebagai upaya mencapai tujuan dari keberadaan Masjid itu sendiri. Untuk memudahkan pemahaman terhadap program yang harus dicanangkan Masjid dan dilaksanakan oleh pengurus bersama jamaahnya, perlu diklasifikasikan program kegiatan, sesuai dengan bidang-bidangnya.
a.    Kegiatan  Bidang Ubudiyah
Kegiatan bidang ubudiyah adalah pelaksanaan program kegiatan Masjid dalam bidang peribadatan yang bersifat khusus seperti pelaksanaan shalat yang lima waktu dengan menentukan atau menetapkan muadzin dan imam yang baik akhlaknya,mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan berusaha memahami kandungannya, mengerti pengetahuan dasar ajaran Islam dan disenangi oleh jamaah, serta harus mendapat perhatian serius dari pengurus Masjid adalah menentukan dan menetapkan siapa saja yang harus menjadi imam Masjid dan pengaturan jadwal muadzin dan imam untuk setiap shalat yang lima waktu sehingga shalat berjamaah yang lima waktu itu selalu bisa dilaksanakan dengan baik dan dalam kegiatan ubudiyah Masjid Jami Sungai Jingah membimbing setiap pengunjung yang tidak tahu dalam ibadah. [14]
b.   Kegiatan Bidang Pendidikan
Program bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencapai jamaah Masjid yang memahami ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna),memiliki wawasan keIslaman dan pengetahuan yang luas serta konsekuen dalam mengamalkan atau memanfaatkannya untuk kebaikan dan kebenaran. Manakala program ini dapat terlaksana dengan baik, maka diharapkan pengurus dan jamaah Masjid tidak lagi sempit dan picik wawasannya terhadap Islam, tidak terlalu mengutamakan satu aspek dari ajaran Islam dengan mengabaikan aspek lainnya. [15]
c.    Kegiatan Bidang Dakwah Islamiah
Masjid dan Dakwah Islamiah merupakan dua faktor yang erat sekali hubungannya.satu sama lain, saling isi mengisi di antara keduanya, kalau diumpamakan laksana gudang dengan barangnya. Dengan demikian Masjid yang didirikan di dalam suatu lokasi tertentu harus dapat berperan sebagai tempat media dakwah Islamiah. Dakwah ini pada dasarnya meliputi berbagai aspek kegiatan. termasuk di dalamnya masalah sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Oleh karenanya dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui Masjid sebenarnya tercakup pula dalam kegiatan-kegiatan di dalam rangka pembinaan umat, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan sahabat sahabatnya yang menggunakan Masjid sebagai tempat pengajaran dan pendidikan Islam, tempat peradilan, tempat sidang-sidang dua badan penasihat Khalifah, tempat musyawarah, tempat pemilihan Khalifah. dan sebagainya.
Realisasi dari dakwah ini pada prinsipnya akan menuntut perhatian dari masyarakat Islam itu sendiri dalam masalah sikap dan perbuatan nyata yang sesuai dengan ketentuan agama, agar dapat ditiru/dicontoh oleh orang lain.[16]

D. Sarana dan Prasarana
Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin bukan saja hanya tempat ibadah tetapi memiliki sebuah sarana dan prasaran untuk pendidikan. Dalam segi hal kegiatan peribadahan sangat bagus tetapi saran dan prasana yang dimaksudkan disini ialah suatu sarana dan prasarana untuk pendidikan Islam yang formal maupun nonformal.
Pada sekarang ini Masjid Jami Sungai Jingah Banjarmasin membuat sebuah trobosan bukan saja dalam kegiatan keagamaan akan tetapi membuat trobosan yang baru dalam segi pendidikan, pendidikan yang ada di Masjid Jami Sungai Jingah yaitu STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) dengan membangun sarana dan prasana dalam kegiatan pendidikan dapat menunjang proses pembelajaran disana bukan saja pendidikan.
Menurut Kasan (2000 : 91), sarana pendidikan adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya.[17] Adapun menurut E. Mulyasa prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.[18] Karena Masjid Jami Sungai Jingah bukan saja memiliki sebuah sekolah pendidikan tinggi tetapi menyediakan sarana belajar seperti perpustakaan dan lain-lain.
Dari pendapat diatas bahwa Masjid menyediakan perpustakaan untuk kenyamanan mahasiswa dan remaja Masjid dalam menempuh pendidikan, dengan memiliki perpustakaan tersebut, Masjid Jami Sungai Jingah dpat mebuat proses dalam pendidikan berjalan dengan baik dan benar dalalm pembetukan sebuah karakter dalam pendidikan dan mengembangkan pendidikan dengan bijaksana dan membuat suasana dalam pembelajaran melalui pendidikan dengan warna dan  modern.
Gambar 2.11. Perpustakaan Masjid Jami Sungai Jingah
                     Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 2000
Adapun dari segi sarana prasana bukan saja dari pendidikan Masjid Jami juga memiliki sebuah stasiun radio atau rekaman dan siaran tv dakwah untuk masyarakat yang ingin mendengarkan ceramah keagamaan guna masyarakat yang sibuk berativitas disiang hari, studio radio ini  berisi rekaman pengajian yang ataupun yang dulu dan juga untuk pengumuman penting atau info orang hilang ketika pengajian malam yang yang sangat banyak orangnya.
“Menurut ketua bidang pemeliharan Masjid bapa murhani, “Masjid Jami selalu memberikan sarana dan prasana bagi pengunjung yang ingin bersantai”.[19]
   Gambar 2.12. Studio Radio Masjid Jami Sungai Jingah
               Sumber : Koleksi Pribadi, tahun 2000

Gambar di atas adalah sebuah stasiun radio yang sering digunakan untuk pengumuman, pengajian mingguan atau rutin untuk disiarkan dan  uniknya itu letak pemancar radio ini tidak jauh yang terletak disebuah tiang berputar-putar, bertangga yang dulunya dijadikan tempat untuk orang azan yang sekarang ini dijadikan menara sebagai “tanda bahwa keberadaan Masjid Jami yang dimasa zaman kolonial Belanda masih kokoh dan baik” (Menurut Bapa Mansyah).[20]
Selain tempat stasiun radio dalam sarana dan prasana yang ada di Masjid Jami, menyediakan juga tempat wc pria dan wanita untuk kegiatan pengajian rutin atau harian, mingguan dan yang ingin bersantai di Masjid Jami, yang dilengkapi kamar mandi di dalamnya.
Adapun selain saran dan prasana dalam bentuk komunikasi dan publiksi, di dalam Masjid Jami juga menyediakan saran dan prasana bagi jamaah yang datang ke pengajian rutin atau mingguan, pengurus Masjid Jami selalu mengutamakan para jamaah yang ada di Masjid Jami Sungai Jingah.
Tabel 2.2. Saran dan Prasarana Yang Ada di Masjid Jami Sungai Jingah

No
Sarana
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
LCD
Televisi
Hand Camera
Micropone
Sound System
Amplifer
Karpet
Kipas angina
AC
Genset
Beduk
10
6
3
8
63
12
66
38
1
3
1
                 Sumber : Data Pribadi, tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasana yang disediakan oleh pengurus Masjid Jami demi kenyamanan dalam pelayanan yang hadir dalam majelis taklim atau kegiatan keagamaan Islam lainnya.

Bahwa saran dan prasana dalam kegiatan keagamaan Islam sangat penting untuk berjalanannya suatu kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya sarana maupun prasarana tidak menunjang sebuah kegiatan keagamaan Islam khususnya, maupun yang ada di Masjid Jami Sungai Jingah sarana dan prasarana sangat diperhatikan dari tahun ketahun karna perkembangan kegiatan keagamaan Islam sangat meningkat pada jama’ah dan warga Banjarmasin khususnya di Masjid tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Yusliani Noor, Islamisasi Banjarmasin  Abad ke-15 sampai ke-19, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), hlm 1.
[2] Ibid, hlm. 3.
[3] Dikutip melalui buletin tentang, A. Gazali Usman, Tersebarnya Agama Islam di Kalimantan Selatan, hlm. 18-22.
[4] Wawancara Dengan Bapa Murhani Pada Tanggal 15 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.

[5] Wawancara Dengan Bapa Masdani  Pada Tanggal 15 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.
[6] Wawancara Dengan Bapa Masdani Pada Tanggal 15 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.

[7] Wawancara Dengan Bapa Murhani  Pada Tanggal 15 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.
[8] Wawancara Dengan Bapa Amin Pada Tanggal 18 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.

[9] Wawancara Dengan Bapa Amin Pada Tanggal 19 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Antasan Kecil Timur Kecamatan Banjarmasin Utara.
[10] Wawancara Dengan Bapa Ahmadi  Pada Tanggal 19 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.

[11] Wawancara Dengan Mansyah  Pada Tanggal 15 Mei 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.
[12] Wawancara Dengan Rijeni Asra Pada Tanggal 27 Mei 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.


[13] M Suriansyah Ideham  Dkk, Urang Bannjar Dalam Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Sejarah Propinsi Kalimantan Selatan, Sejarah Banjar, Tahun 2003, hlm. 80.

[14] Ahmad Yani Dkk, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta, LP2SI Haramain, 2001), hlm. 20.
[15]  Ibid, hlm. 20.
[16] Nana Rukmana,  Masjid dan Dakwah, (Jakarta, Al Mawardi Prima, 2002), hlm. 51-52.
[17] Kasan, Tholib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2000), hlm. 91.
[18] Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),  hlm. 49 .
[19] Wawancara Dengan Bapa Murhani Pada Tanggal 15 April 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.
[20] Wawancara Dengan Bapa Mansyah  Pada Tanggal 15 Juni 2016 di Masjid Jami Sungai Jingah di Kelurahan Surgi Mufti Kecamatan Banjarmasin Utara.


sejarah masjid jami banjarmasin sejarah masjid jami banjarmasin Reviewed by Sepintas Kabar on June 04, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.