Karakteristik Ashabul Fitnah
Sumber: CRCS UGM
Dalam Bahasa Arab, Al-Buthi menyebut kelompok ekstrem yang menggunakan strategi fitnah sebagai Ashabul Fitnah. Ada tiga karakter yang menandai kelompok ini.
Pertama, mudah mengafirkan kelompok yang berseberangan baik secara agama dan politik. Dalam Islam, tindakan mengafirkan Muslim lain sangat dilarang; bahkan secara keras Nabi Muhammad pernah mengingatkan bahwa barang siapa mengafirkan Muslim lain maka tuduhan itu bisa berbalik pada dirinya sendiri. Mereka yang suka mengafirkan bisa jadi dia sendirilah yang kafir.
Kedua, sifat takfiri ini berkaitan dengan dengan karakter kedua yakni kecenderungan untuk menciptakan polarisasi berdasarkan aliran (mazhab) dan identitas keagamaan. Polarisasi ini dianggap penting karena pada umumnya tidak ada bangsa yang sepenuhnya homogen. Sejarah sebuah bangsa biasanya dibentuk oleh proses negosiasi dan kompromi di antara kekuatan-kekuatan sosial politik yang berbeda. Dengan demikian dimungkinkan terjadinya koeksistensi damai antar masyarakat yang berbeda identitas dan keyakinan. Di Suriah, menurut Al-Buthi, relasi antar warga tidak dipengaruhi oleh perbedaan agama dan aliran. Adalah hal yang biasa bahwa satu apartemen menjadi tempat tinggal bersama warga yang berbeda keyakinan.
Ashabul Fitnah menyadari pentingnya legasi koeksistensi ini bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Karena itu, mereka menyasar pondasi ini dengan menyebarkan rumor dan cara pandang sempit untuk membangun tembok yang membelah masyarakat berdasarkan perbedaan agama dan aliran.
Ketiga, tantangan utama kelompok ekstrem dalam menciptakan polarisasi adalah tokoh atau ulama moderat. Ulama moderat menjadi kekuatan penting karena merekalah yang memberikan basis legitimasi bagi koeksistensi damai. Dalam teori perdamaian tokoh moderat mewakili salah satu prasyarat koeksistensi damai yang disebut “critical mass of peace enhancing leaders.” Dalam sebuah masyarakat multikultur, selalu ada kekuatan yang kritis dan ekstrim. Tokoh pembawa damai dalam jumlah yang cukup kuat (critical mass) menjadi kunci keberlangsungan pluralitas dalam masyarakat tersebut karena merekalah yang bisa membendung rumor dan agitasi yang mengancam kemapanan basis koesistensi.
Karena itu, ashabul fitnah menjadikan tokoh moderat sebagai sasaran. Dalam situasi ekstrim seperti Suriah upaya ini bisa dilakukan dengan membunuh ulama-ulama moderat; tetapi di negara di mana kekerasan fisik beresiko secara hukum, upaya menyerang tokoh moderat bisa dilakukan dengan membunuh karakter mereka misalnya dengan memberikan label-label antagonis seperti liberal, syiah, dan sekuler.
islam selalu kena fitnah !!!
Reviewed by Sepintas Kabar
on
June 26, 2017
Rating:
No comments:
Post a Comment